Tanpa memulai dengan nama-Nya, sebuah ilmu mungkin berkurang berkahnya.
Tanpa berdo‟a pada-Nya, mungkin
kita akan kurang mendapat
keutamaannya.
Na‟udzubillaahi minasy syaithanir rajiim
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahummaghfirlanaa, rabbana zidnaa „ilman nafi‟aa
Wa laa tuzigh qulubanaa ba‟da idzhadaitanaa wa hablana min ladunka rahmah.
Aamiin ~
“ Berani gak antum mengandalkan amalan
buat masuk surga?”
Ya. Pembicaraan
diawali dengan pertanyaan demikian. Adakah yang berani menjawabnya?
Ada banyak
amalan yang mungkin saja telah dilakukan
masing-masing dari kita.
Amalan shalat, shaum, shadaqah, tilawah,
dan masih banyak lagi. Tapi kesemuanya itu
belum tentu terjamin kesempurnaannya. Apakah anda berani menjamin?
Tentu tidak ada yang bisa tahu apakah amalannya sudah sempurna, diterima atau tidak. Maka tak layak kadang diri ini tuk berani masuk surga mengandalkan amalan yang
ada.
Meski begitu Allah masih banyak beri kita kesempatan pada kita dgn segala
kebaikanNya.
Ada
bonus malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Sesiapa yg beribadah dimalam itu akan sama seperti mereka yg beribadah 1000 bulan, insya Allah. Lalu, apakah yg
menyiakannya juga sama seperti menyiakan masa
beribadah selama 1000 bulan. Allahu a‟lam. Semoga kita tak termasuk golongan
orang yang merugi di yaumul akhir kelak. Aamiin.
Selain dari itu, Allah SWT masih tetap memberikan kita kemudahanNya
lagi agar kita dapat memasuki Jannah-Nya. Apa itu? Dengan cara berdakwah.
Dakwah akan melipatgandakan kebaikan kita.
Teringat hadist riwayat Syaikh Al-Qudri tentang seseorang yg pernah menjadi saksi dalam
kebersamaan berbuat kebaikan, suatu saat di syurga akan mungkin meminta kepada Allah agar memasukkan pula temannya itu kedalam syurga. Dicontohkan
oleh ustad dgn kejenakaannya:
“Misalkan,
saya seorang murabbi, hanya memberi tugas untuk muraja‟ah hafalan
qur‟an mutarabbinya.
Jadi karena sudah mendengar
5 juz muraja‟ah mereka saya berniat
memutuskan untuk gak mengaji pada hari itu karena sudah menyimak bacaan mereka. Nah,
bisa saja kan kalau seorang mutarabbi masuk surga sementara
murabbinya masuk neraka.”
Nah, disinilah kadang kita dgn sesuatu kesalahan bisa menyebabkan kita jatuh dijurang neraka (Na‟udzubillah), namun mengingat hadist diatas, semoga saja sang saksi
yg bersama dalam mengerjakan kebaikan mengingat kita dan meminta pada Allah tuk
menyelamatkan kita dari neraka. Maka dari itu ayo, jadikan diri ini pintu tersampaikannya
kebaikan/hidayah pada seseorang (jadilah
makelar-makelar dakwah) !
Masih ingat Qur‟an surat Yaasiin ayat 20?
Diayat tersebut diceritakan pula seorang pemuda yang menjadi
makelar dakwah bagi orang lain agar tertarbiyah dengan semangat.
Tetapi, harus diingat terlebih dahulu sebelumnya.
“Seseorang yg mengajak kebaikan,
tentu sebelumnya harus tuntas dengan dirinya sendiri dan tidak banyak menuntut orang lain. Inilah rumus makelar
dakwah!
Mereka yg mampu merengkuh orang lain, mengkader
yang baik, maka dia pasti
tuntas dengan
dirinya sendiri.
Ditambah pula ia punya seni dalam mengelola kadernya.
Perkara
kecewa, itu adalah sebuah tanda yg berarti
bahwa
dia belum tuntas pada dirinya sendiri.
Kalaupun harus kecewa dalam perjalanan pengkaderan, maka perlulah diluruskan kembali orientasi dan motivasinya. Hal ini dicontohkan Allah dalam sebuah surat di
AlQur‟an yang bercerita tentang kaum Anshar yang sempat kecewa karena mendapat ghanimah yang sedikit setelah perang. Disini, kita kadang perlu terus menjaga
kelurusan orientasi dan motivasi kita. Jangan terkicuh dengan keindahan semu dunia ini.
Ya. Tak usah risau. Luruskanlah
orientasi kita pada kebarokahan Allah. Keberkahan atas apa yang yang kita lakukan untuknya.
Tujuan kita berdakwah, tentunya salah satunya juga untuk menjadi
pemimpin (khilafah)
bagi keberlangsungan Islam. Adapun level-level kepemimpinan yakni :
1) Learning
2) Performing
3) Leading
4) Making Leader
5) Making the leader maker (para pencetak kader)
Untuk urutan ke 4 dan 5, tentulah kita butuh cara untuk memperlebar pengaruh kita. Maka ada pula level-level pengaruh seseorang, antara lain:
1. Modelling
2. Motivating
3. Mentoring
4. Multiplying
Yg
pertama kali perlu diketahui, seseorang akan terpengaruh pada kita, ketika
melihat sesuatu yg attractive (daya tarik) dari dalam diri kita terlebih dahulu. Inilah modeling. Disini tugas pertama kita untuk membuat design daya tarik kita. Apapun hal negative yg
dikatakan orang lain tentang kita, gagalkan dengan penampilan/karakter kita !
Seperti rasulullah yang mengirimkan sosok yg berpengaruh
saat membuka lahan dakwah
baru. Misalkan Ja‟far bin Abu Thalib,
Mus‟ab bin Umair,
dll. Siapkan sesuatu yang
menarik dari diri kita.
Meski
begitu, tetapkan diri
untuk beranjak dari mode serving ke mode caring dalam upaya
pengkaderan. Karena serving biasa terlahir dari SOP yg ditetapkan,
sedangkan caring jelas
panggilan dari ruh,
panggilan hati.
Inilah kunci rekruitmen, caring. Dari sini kita juga harus mewujudkan sifat mudah akrab
dan mudah diakrabi. Agar dakwah
menjadi lebih mudah. Dalam caring, kita juga perlu
mempertahakan setiap nilai maupun muatan dalam setiap komunikasi yang terjalin.
Sekian dulu episod kajian kali ini. Semangat berbagi !
Seperti kata
Rasulullah saw,
“Yang hadir harus menyampaikan kepada yang tidak hadir
dalam sebuah majelis ilmu”
Segala puji hanya bagi ALLAH Subhanahu wa Ta‟ala, pemilik segala ilmu.
Shalawat tak lupa pula untuk
Rasulullah shalallahu alaihi
wa
salam, sang penjembatan ilmuNya.
Semoga
kita
selalu
dituntunNya menuju cahaya penuh ilmu, dijauhkan
dari
gelapnya kejahiliyahan diri. Amin ~
Akhiri majelis ilmu kali ini dengan istighfar 3
x
Dan doa kifaratul majelis.
Assalamu‟alaikum wr.
wb...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^