Latest News

“Ruhiyah Fit, Dakwah Kampus Melejit” Ust. Dwi Budiyanto


Tanpa memulai dengan nama-Nya, sebuah ilmu mungkin berkurang berkahnya.
Tanpa berdo‟a pada-Nya, mungkin kita akan kurang mendapat keutamaannya.


Na‟udzubillaahi minasy syaithanir rajiim
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahummaghfirlanaa, rabbana zidnaa „ilman nafi‟aa
Wa laa tuzigh qulubanaa ba‟da idzhadaitanaa wa hablana min ladunka rahmah.
Aamiin ~

"Ruhiyah Fit, Dakwah Kampus Melejit" Ust. Dwi Budiyanto


Berani gak antum mengandalkan amalan buat masuk surga?


Ya. Pembicaraan diawali dengan pertanyaan demikian. Adakah yang berani menjawabnya?
Ada banyak amalan yang mungkin saja telah dilakukan masing-masing dari kita. Amalan shalat, shaum, shadaqah, tilawah, dan masih banyak lagi. Tapi kesemuanya itu belum tentu terjamin kesempurnaannya. Apakah anda berani menjamin?
Tentu tidak ada yang bisa tahu apakah amalannya sudah sempurna, diterima atau tidak. Maka tak layak kadang diri ini tuk berani masuk surga mengandalkan amalan yang
ada.

Meski begitu Allah masih banyak beri kita kesempatan pada kita dgn segala
kebaikanNya. Ada bonus malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Sesiapa yg beribadah dimalam itu akan sama seperti mereka yg beribadah 1000 bulan, insya Allah. Lalu, apakah yg menyiakannya juga sama seperti menyiakan masa beribadah selama 1000 bulan. Allahu alam. Semoga kita tak termasuk golongan orang yang merugi di yaumul akhir kelak. Aamiin.
Selain dari itu, Allah SWT masih tetap memberikan kita kemudahanNya lagi agar kita dapat memasuki Jannah-Nya. Apa itu? Dengan cara berdakwah. Dakwah akan melipatgandakan kebaikan kita.
Teringat hadist riwayat Syaikh Al-Qudri tentang seseorang yg pernah menjadi saksi dalam kebersamaan berbuat kebaikan, suatu saat di syurga akan mungkin meminta kepada Allah agar memasukkan pula temannya itu kedalam syurga. Dicontohkan oleh ustad dgn kejenakaannya:
Misalkan, saya seorang murabbi, hanya memberi tugas untuk murajaah hafalan
quran mutarabbinya. Jadi karena sudah mendengar 5 juz murajaah mereka saya berniat memutuskan untuk gak mengaji pada hari itu karena sudah menyimak bacaan mereka. Nah, bisa saja kan kalau seorang mutarabbi masuk surga sementara murabbinya masuk neraka.
Nah, disinilah kadang kita dgn sesuatu kesalahan bisa menyebabkan kita jatuh dijurang neraka (Naudzubillah), namun mengingat hadist diatas, semoga saja sang saksi yg bersama dalam mengerjakan kebaikan mengingat kita dan meminta pada Allah tuk menyelamatkan kita dari neraka. Maka dari itu ayo, jadikan diri ini pintu tersampaikannya kebaikan/hidayah pada seseorang (jadilah makelar-makelar dakwah) !
Masih ingat Quran surat Yaasiin ayat 20?

Diayat tersebut diceritakan pula seorang pemuda yang menjadi makelar dakwah bagi orang lain agar tertarbiyah dengan semangat.
Tetapi, harus diingat terlebih dahulu sebelumnya.
Seseorang yg mengajak kebaikan, tentu sebelumnya harus tuntas dengan dirinya sendiri dan tidak banyak menuntut orang lain. Inilah rumus makelar dakwah!
Mereka yg mampu merengkuh orang lain, mengkader yang baik, maka dia pasti tuntas dengan dirinya sendiri. Ditambah pula ia punya seni dalam mengelola kadernya. Perkara kecewa, itu adalah sebuah tanda yg berarti bahwa dia belum tuntas pada dirinya sendiri. Kalaupun harus kecewa dalam perjalanan pengkaderan, maka perlulah diluruskan kembali orientasi dan motivasinya. Hal ini dicontohkan Allah dalam sebuah surat di AlQuran yang bercerita tentang kaum Anshar yang sempat kecewa karena mendapat ghanimah yang sedikit setelah perang. Disini, kita kadang perlu terus menjaga kelurusan orientasi dan motivasi kita. Jangan terkicuh dengan keindahan semu dunia ini.
Ya. Tak usah risau. Luruskanlah orientasi kita pada kebarokahan Allah. Keberkahan atas apa yang yang kita lakukan untuknya.

Tujuan kita berdakwah, tentunya salah satunya juga untuk menjadi pemimpin (khilafah)
bagi keberlangsungan Islam. Adapun level-level kepemimpinan yakni :
1)  Learning
2)  Performing
3)  Leading
4)  Making Leader
5)  Making the leader maker (para pencetak kader)


Untuk urutan ke 4 dan 5, tentulah kita butuh cara untuk memperlebar pengaruh kita. Maka ada pula level-level pengaruh seseorang, antara lain:
1.  Modelling
2.  Motivating
3.  Mentoring
4.  Multiplying


Yg pertama kali perlu diketahui, seseorang akan terpengaruh pada kita, ketika melihat sesuatu yg attractive (daya tarik) dari dalam diri kita terlebih dahulu. Inilah modeling. Disini tugas pertama kita untuk membuat design daya tarik kita. Apapun hal negative yg
dikatakan orang lain tentang kita, gagalkan dengan penampilan/karakter kita !

Seperti rasulullah yang mengirimkan sosok yg berpengaruh saat membuka lahan dakwah baru. Misalkan Jafar bin Abu Thalib, Musab bin Umair, dll. Siapkan sesuatu yang menarik dari diri kita.
Meski begitu, tetapkan diri untuk beranjak dari mode serving ke mode caring dalam upaya pengkaderan. Karena serving biasa terlahir dari SOP yg ditetapkan, sedangkan caring jelas panggilan dari ruh, panggilan hati.
Inilah kunci rekruitmen, caring. Dari sini kita juga harus mewujudkan sifat mudah akrab
dan mudah diakrabi. Agar dakwah menjadi lebih mudah. Dalam caring, kita juga perlu mempertahakan setiap nilai maupun muatan dalam setiap komunikasi yang terjalin.

Sekian dulu episod kajian kali ini. Semangat berbagi !
Seperti kata Rasulullah saw,
“Yang hadir harus menyampaikan kepada yang tidak hadir dalam sebuah majelis ilmu

Segala puji hanya bagi ALLAH Subhanahu wa Ta‟ala, pemilik segala ilmu.
Shalawat  tak  lupa  pula  untuk  Rasulullah  shalallahu  alaihi  wa  salam,  sang penjembatan ilmuNya.
Semoga  kita  selalu  dituntunNya  menuju  cahaya  penuh  ilmu,  dijauhkan  dari
gelapnya kejahiliyahan diri. Amin ~
Akhiri majelis ilmu kali ini dengan istighfar 3 x
Dan doa kifaratul majelis.
Assalamualaikum wr. wb...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^

UKMI-JNI (Merajut Ukhuwah Menuju Satu Jama'ah) Designed by Templateism.com Copyright © UKMI-JNI (Merajut Ukhuwah Menuju Satu Jama'ah). All rights reserved.

Diberdayakan oleh Blogger.