Shalat Zuhur berjamaah di masjid sudah selesai. Para jemaah
pun pada pulang setelah wiridan dan doa sebentar. Akan tetapi ada empat orang
remaja yang datang telat. Mereka itu adalah Agus, Toni, Yanto dan Adi. Akhirnya
mereka berempat bersepakat untuk shalat berjamaah.
“Gus, kamu saja yang jadi imam. Hafalan surat kamu kan sudah
agak banyak. Kamu sudah hafal sampai Al-kafirun. Kalau aku kan baru sampai
Qulhu,” kata Adi.
“Iya, Gus. Kamu saja!” kata Toni dan Yanto serentak.
“Waduh, saya takut. Nanti kalau salah,bagaimana?” kata Agus
ragu.
“Nggak apa-apa. Yang penting kita shalat berjamaah.
Pahalanya kan lebih banyak,” sahut Toni.
“Ya sudah, baiklah,” Agus mengalah.
Keputusan pun sudah disepakati bahwa agus menjadi imam
shalat Zuhur di siang itu. Dengan gayanya, Agus mengatur saf yang terdiri dari
satu barisan saja, tiga orang.
“Allahu akbar...” shalat pun dimulai.
Di tengah-tengah shalat, salah seorang dari mereka kentut.
“Ton, kamu kentut ya? Kentut itu membatalkan shalat lho...!”
kata Adi mengingatkan Toni.
“Hehehe... iya, kentut. Jadi, shalatku batal dong!” kata
Toni.
“Ya iyalah..., sahut Adi.
“Lho, kamu juga batal, Di. Shalat itu nggak boleh ngomong. Kalau
ngomong membatalkan shalat,” sergah Yanto.
“Oh iya, ya... saya lupa. Eh, tapi kamu kok ngomong juga? Shalatmu
batal juga dong!” kata Adi.
“Aduh...lupa,” ucap Yanto.
“Hei.. kalian ini bagaimana? Shalat kok berisik, pada ngomong
sendiri-sendiri. Mbok kayak saya ini lho, shalat dengan tenang,” kata Agus.
Dari kejauhan, seseorang memperhatikan shalat mereka. Dia
pun tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha... kalian batal semua!” kata laki-laki yang
memperhatikan mereka tadi sambil tertawa. “Coba, ulang lagi shalat kalian. Oh ya,
Tonikan sudah kentut. Sana wudu lagi!”
Mereka menunggu Toni wudu. Setelah Toni selesai wudu dan
sudah siap untuk melakukan shalat Zuhur berjamaah lagi, mereka pun kembali
mengatur saf dan hendak memulai takbir.
“Allahu akbar...,” Agus memulai takbir shalat yang kemudian
diikuti oleh ketiga jemaahnya.
Ketika sudah sampai rakaat ketiga, ternyata Agus lupa untuk
sujud kedua. Setelah sujud pertama pada rakaat ketiga, Agus langsung berdiri
untuk melanjutkan rakaat keempat. Berhubung salah, maka Yanto pun menegur
dengan membaca tasbih.
“Subhanallah...,”
tegus Yanto.
Bukanya menghiraukan, Agus malah bingung bagian mana yang
salah. Perasaannya, shalatnya itu benar dan tidak ada yang salah.
“Subhanallah...,”
Adi dan Toni pun juga mengucap tasbih.
Bingunglah Agus. Dia kemudian menengok ke belakang, “Emangnya
ada yang salah ya?”
“Lho, kok malah nanya. Shalat kita batal lagi nih!” kata
Toni.
“Aduh...,” keluh Yanto dan Adi.
Akhirnya, shalat mereka gagal lagi. Mereka pun mengulangi
shalat dari awal. Ketika sudah sampai pada rakaat keempat dan tinggal mengucap
salam sembari menoleh ke kanan dan ke kiri, lagi-lagi Agus bikin ulah.
“Assalamu’alaikum
warahmatullah...,” ucap Agus sambil menoleh ke kanan yang kemudian diikuti
oleh ketiga makmumnya.
“Waalaikum salam warahmatullah...,”
ucap Agus sambil menleh kekiri.
Lho, kok salam sendiri dijawab sendiri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^