Soal:
Apakah rambut rontok
wanita termasuk aurat?
Jawab:
Ada kaidah terkait
anggota badan manusia. Kaidah itu menyatakan,
ما
وجب ستره قبل الانفصال، يجب ستره بعد الانفصال
“Anggota badan yang
wajib ditutupi sebelum lepas dari badan, dia wajib ditutupi setelah lepas dari
badan”.
Kaidah ini disebutkan
oleh Dr. Ahmad al-Hajji – anggota Majlis Ulama Kuwait dan dewan pengawas
Ensiklopedi Fiqh Kuwait – ketika beliau ditanya tentang hukum rambut rontok bagi
wanita.
Diantara dalil yang
menguatkan kaidah ini, status manusia setelah meninggal, sama dengan statusnya
ketika masih hidup. Karena itu, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallammenyebut dosa
mematahkan tulang mayit sama dengan dosa mematahkan tulang ketika dia hidup.
Beliau bersabda,
كَسْرُ
عَظْمِ الْمَيِّتِ كَكَسْرِهِ حَيًّا
“Mematahkan tulang
mayit sama dengan mematahan tulangnya ketika masih hidup. (HR. Abu Daud 3207,
Ibn Majah 1617 dan dishahihkan an-Nawawi).
Bagaimana Cara Penanganan yang Tepat?
Dr. Ahmad al-Hajji
menjelaskan,
من السنة دفن كل جزء ينفصل عن الآدمي، ومن ذلك الأظفار والشعر والجلد، تكريما له سوى الأقذار. مع العلم أن ما وجب ستره قبل الانفصال، يجب ستره بعد الانفصال، كشعر المرأة فهو عورة قبل فصله عن جسدها وبعده، ولهذا يجب ستره عن الأجانب بعد فصله عنها، كما هو الحال قبل فصله، فلا بد من مراعاة ذلك.
“Bagian dari sunah,
mengubur semua bagian yang terpisah dari jasad manusia, seperti kuku, rambut,
atau kulit. Sebagai bentuk memuliakan manusia. Kecuali kotoran.
Kemudian perlu
diketahui bahwa anggota badan yang wajib ditutupi ketika belum lepas, dia wajib
ditutupi setelah lepas.
Sebagai contoh,
rambut wanita. Sebelum lepas dari kepala pemiliknya, termasuk aurat. Demikian
pula setelah lepas dari pemiliknya. Karena itu, ketika rontok atau dipotong,
harus dijauhkan dari pandangan lelaki yang bukan mahram. Sebagaimana ketika
belum dipotong. Harus diperhatikan hal ini”. (sumber: www.muslimah.or.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^