Berikut sedikit rangkuman yang dituliskan oleh saudara Hanum Wahyu Wibisono, salah satu peserta Kajian...
Alhamdulillah, sebuah kata yang sering kita ucapkan sehari-hari. salah satu cara kita untuk menyukuri nikmat dariNya. Kata Ustadz Syatori, nikmat yang telah kita dapat harus kita pahami dari mana asal nikmat tersebut. Ini salah satu tafsir dari kata ‘fabiayyii’ yang diulang berkali-kali dalam surat Ar Rahman. Semua nikmat berasal dari Allah, tinggal terserah Dia melalui siapa nikmat itu akan diberikan. TERLALU MUDAH ALLAH MENGAGALKAN RENCANA KITA. Teringat sebuah cerita, ada seorang Ustadz yang pada bulan Ramadhan menargetkan khatam Al Qur’an sekian kali, tapi ditengah jalan dia mengalami batuk yang menghambat dalam pencapaian target tersebut.
Memang semua itu sudah diatur, tapi sudah menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk selalu berusaha dalam mendapatkannya. Mendapatkan nikmat tentunya, tak terkecuali dalam hal jodoh, kita pun juga harus mengusahakannya. Jadi teringat kata Ust. Salim A Fillah, ‘jodoh itu takdir yang diusahakan dan usaha yang ditakdirkan’.
Selain melalui lisan, tanda syukur kita pun juga juga bisa melalui amal perbuatan. Amal perbuatan yang seperti apa.? Amal perbuatan yang digunakan untuk berjuang dijalan Allah. Beberapa indicator yang dapat menunjukkan bahwa seseorang tersebut belum mensyukuri nikmat yang telah diberi :
1. Tidak pernah menyebut nikmat yang Allah beri, tetapi lebih banyak menyebut penderitaan yang ada.
Bahasa nge-trend-nya, dia selalu ‘negatif thinking’ dibanding ‘positif thinking’.
2. Memandang nikmat itu kecil.
Kita seharusnya memandang siapa yang memberi nikmat, jangan memandang seberapa besar nikmat yang telah diberi tersebut.
3. Dengki melihat orang lain mendapat nikmat.
Hal ini nantinya akan menyebabkan kita suudzon kepada Sang Pemberi Nikmat, hal ini akan membawa kita beranggapan bahwa Allah itu tidak adil dalam pemberian nikmat.
Dalam surat Ibrahim ayat tujuh, Allah telah berjanji jikalau kita bersyukur atas nikmat yang diberi, maka Dia akan menambah nikmat itu, tapi jikalau kita kufur atas nikmat yang telah diberi, maka ingatlah azab Allah itu sangat pedih. Penambahan nikmat dalam ayat ini tidak selamanya berarti penambahan secara kuantitas, tetapi bisa jadi penambahan itu secara kualitas.
Dan pada akhirnya, satu kata yang selalu penulis ingat. ‘JANGAN RISAUKAN NIKMAT YANG BELUM KAMU MILIKI, TAPI RISAUKANLAH NIKMAT YANG BELUM KAMU SYUKURI’
Sedikit menulis kembali hasil Kajian Tafsir Surat Al Fatihah di Masjid Nurul Iman Kampus INSTIPER Yogyakarta bersama Ukmi Jni Instiper
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^