Latest News

Bagaimana Islam Menghargai Perempuan ???

Hari Perempuan – Hari ini, 8 Maret 2017 merupakan hari perempuan internasional yang diperingati di berbagai negara. Amerika resmi mengadakan upacara untuk memperingati hari ini. Hari ini adalah peringatan atas respon kaum perempuan (buruh) di New York melawan diskriminasi di tengah riuhnya industrialisasi dan ekspansi ekonomi. Peringatan ini juga bertujuan untuk menyadarkan masyarakat internasional mengenai eksistensi kaum perempuan di lingkungan sosial global.

Di luar deklarasi tersebut, Islam adalah agama yang berhasil mengangkat derajat perempuan, mengakui eksistensi mereka, memberikan hak kepada mereka setelah sebelumnya dunia menjerat mereka dalam pasungan ketidakbebasan. Namun di era modern, keadaan itu malah berbalik dan Islam dianggap mengekang kebebasan perempuan.

Bagaimana Islam Menghargai Perempuan?

Pertama, Perempuan Sebagai Anak
Penghargaan Islam terhadap wanita telah dimulai sedari dini, yakni ketika mereka masih menginjak usia kanak-kanak. Penghargaan tersebut berupa penjagaan, pengasuhan, dan curahan kasih sayang untuk mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa mengasuh dua orang anak perempuan sehingga berumur baligh, maka dia akan datang pada hari Kiamat kelak, sedang aku dan dirinya seperti ini.” Dan beliau menghimpun kedua jarinya.” (HR. Muslim)
Seorang anak perempuan memiliki kedudukan mulia, mereka merupakan tirai pemisah antara orang tuanya dan neraka. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata,
Ada seorang wanita yang masuk menemuiku dengan membawa dua orang anak perempuan untuk meminta-minta, tetapi aku tidak mempunyai apa-apa kecuali hanya satu butir kurma. Lalu aku memberikan kurma itu kepadanya. Selanjutnya, wanita itu membagi satu butir kurma itu untuk kedua anak perempuannya sedang dia sendiri tidak ikut memakannya. Lantas, wanita itu berdiri dan keluar. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada kami, maka aku ceritakan peristiwa itu kepada beliau, maka beliau pun berkata, ‘Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, lalu dia mengasuhnya dengan baik, maka anak-anak perempuan itu akan menjadi tirai pemisah dari api Neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan masih banyak hadis lainnya tentang keutamaan anak perempuan.
Kedua, Perempuan Sebagai Istri
1. Kewajiban Berbuat Baik kepada Istri
Allah Subahanahu wa Ta’ala berfiman,
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Dan bergaullah dengan mereka dengan cara yang baik.” (QS. An Nisa’: 19)
2. Memberi Nafkah dan Mencukupi Kebutuhannya
Allah mewajibkan bagi laki-laki untuk mencari nafkah dan tempat tinggal untuk wanita, namun tidak “mentang-mentang” laki-laki sebagai tulang punggung keluarga dia diperkenankan untuk lebih menikmati hasil jerih payahnya, termasuk juga dalam hal tempat tinggal. Allah berfirman,
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu…” (QS. Ath- Thalâq:6)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Engkau memberinya makan apabila engkau makan, memberinya pakaian apabila engkau berpakaian, janganlah engkau memukul wajah, jangan engkau menjelek-jelekkannya (dengan perkataan atau cacian), dan jangan engkau tinggalkan kecuali di dalam rumah.” (HR. Abu Daud no. 2142)

Artinya apabila laki-laki berhasil dalam mencari nafkah serta mencapai kesuksesan dan kekayaan, ia diwajibkan memuliakan istrinya dengan kekayaannya tersebut tidak semena-mena ia nikmati sendiri “mentang-mentang” ia yang mencari nafkah.
Ketiga, Perempuan Sebagai Ibu
Kedudukan mulia seorang perempuan sebagai ibu bukanlah hal yang asing, terlalu banyak dalil-dali yang menjelaskan hal ini. Di antaranya:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS. Luqman: 14)
Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari, Kitab al-Adab no. 5971 juga Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah no. 2548)
Salah satu yang menyebabkan orang-orang Barat enggan memiliki anak adalah sang anak akan menyia-nyiakannya ketika ia telah berusia tua, padahal seorang ibu telah mengalami tiga kesusahan demi sang anak.
Keempat, Perempuan dalam Peranan Sosial
Setelah tidak mampu membantah tiga poin di atas, orang-orang yang tidak senang dengan Islam membuat kerancuan dari sisi ini. Mereka mengatakan, Islam agama yang mengekakng wanita, wanita akan sulit berkembang dan mengambil peranan apabila mereka mengamalkan Islam (lebih jauh lagi: apabila wanita beragama Islam), dsb. Dengan ini mereka hendak mengubur ketiga poin di atas.
Allah menciptakan laki-laki dan wanita bukan untuk saling bersombong-sombong dan membanggakan diri mereka, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sebagai pelengkap satu sama lain. Demikian juga syariat Islam memberikan tanggung jawab dan tugas serta peranan yang berbeda kepada laki-laki dan perempuan untuk menciptakan keseimbangan, bukan untuk saling menjerat dan mengekang kebebasan.
Bentuk fisik dan perangai yang berbeda bukanlah diciptakan sia-sia, melainkan untuk tujuan yang mulia; pembagian tugas, saling membantu dan kerja sama antara laki-laki dan perempuan sehingga terwujudlah kehidupan sosial yang seimbang. Oleh karena itu, hendaknya laki-laki dan perempuan mengenali tugas, peranan, dan kewajibannya masing-masing.
Jadi, Islam dengan caranya yang hikmah telah menjelaskan penghargaan, peranan, dan mengakui eksistensi perempuan sejak dahulu. Berbangga dan berbesar hatilah engkau wahai muslimah!
Ditulis oleh Nurfitri Hadi (Tim Konsultasi Syariah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^

UKMI-JNI (Merajut Ukhuwah Menuju Satu Jama'ah) Designed by Templateism.com Copyright © UKMI-JNI (Merajut Ukhuwah Menuju Satu Jama'ah). All rights reserved.

Diberdayakan oleh Blogger.