oleh : Fachrul Azis Lahji
Segitiga Bermuda (bahasa Inggris: Bermuda Triangle), kadang-kadang disebut juga Segitiga Setan adalah sebuah wilayah lautan di Samudra Atlantik seluas 1,5 juta mil2 atau 4 juta km2 yang membentuk garis segitiga antara Bermuda, wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik di sebelah utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah selatan dan Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat sebagai titik di sebelah barat.
Segitiga Bermuda (bahasa Inggris: Bermuda Triangle), kadang-kadang disebut juga Segitiga Setan adalah sebuah wilayah lautan di Samudra Atlantik seluas 1,5 juta mil2 atau 4 juta km2 yang membentuk garis segitiga antara Bermuda, wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik di sebelah utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah selatan dan Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat sebagai titik di sebelah barat.
Segitiga bermuda sangat misterius. Sering ada isu paranormal di daerah tersebut yang menyatakan alasan dari peristiwa hilangnya kapal yang melintas. Ada pula yang mengatakan bahwa sudah menjadi gejala alam bahwa tidak boleh melintasi wilayah tersebut. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa itu semua akibat ulah makhluk luar angkasa. Penjelasan lain dari beberapa peristiwa lenyapnya pesawat terbang dan kapal laut secara misterius adalah adanya gas metana di wilayah perairan tersebut. Teori ini dipublikasikan untuk pertama kali tahun 1981 oleh Badan Penyelidikan Geologi Amerika Serikat. Teori ini berhasil diuji coba di laboratorium dan hasilnya memuaskan beberapa orang tentang penjelasan yang masuk akal seputar misteri lenyapnya pesawat-pesawat dan kapal laut yang melintas di wilayah tersebut.
Fakta uniknya, segita bermuda kina telah hadir dalama Institut “tercinta” ini. Banyak mahasisawa-mahasiswa “cerdas” yang terjebak di dalamnya, terkukung dan tak dapat kembali ke dunia “nyata”, tak mampu melihat realita terhadap kondisi-kondisi yang diciptakan oleh kampus melalui beberapa regulasi yang menjebak dan menghasilkan dampak sistemik terhadap aktivitas mahasiswa. “Tiga muara abadi” yang menjadi titik-titik pemberhentian dari segala budaya mahasiswa yang sangat mendarah daging, merasuk dalam otak dan tercurahkan dalam bentuk gerak.
Hal tersebut dianggap kondisi potensial bagi “pejabat teras” yang memiliki segala kewenangan dan kebijakan untuk membuat segala regulasi secara yuridis yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh komponen institut. Entah menjadi suatu hal yang sengaja diciptakan atau muncul dari ketidaksengajaan dampak regulasi yang tidak diperhitungkan secara matang atas segala konsekuensi, jika terjadi ketidaksengajaan maka haruslah sadar dan segera mencari solusi atas realitas yang terjadi. Namun, jika hal ini menjadi kesengajaan dalam terciptanya, maka ini akan menjadi konsen yang harus kita perhatikan dan kaji mendalam secara kemahasiswaan. Terjadi kesalahan fundamental dari kebijakan “pejabat teras”, kesalahan ini berada pada sistem. Sistem yang menjadi rangkaian dalam mengoprasikan, terjadi kesalahan sedikit saja dalam sistem maka akan berdampak sistemik pada operasional. Dampak sistemik ini akan meluas kepada sumber daya manusia itu sendiri yaitu mahasiswa, lingkungan, dan juga pengalaman karakteristik yang membentuk mind set yang tak responsif dan hal buruk lainnya. Peran kita sebagai mahasiswa selain belajar juga harus memahami wadah dalam belajar, analogi sederhananya adalah perlu air dan gelas agar dapat meminum dengan cerdas dan pantas. Mahasiswa harus berperan aktif dalam menjaga dan mengawal kebijakan-kebijakan yang diciptakan oleh “pejabat teras”, agar kebijakan itu dapat bersinergi dengan baik untuk seluruh komponen institut dan terciptanya suasana proporsional dan professional. Semoga kita semua dapat menepis paradigam segitiga Bermuda sebagai budaya.
Jika kau tak sanggup merubah arah angin, maka ubahlah arah sayapmu. Hal tersebut merupakan realitas yang terjadi. Hal ini diangkat bukan untuk provokasi atau negosiasi, tapi lebih untuk tujuan mulia agar seluruh komponen institut dapat mengambil sikap secara cerdas dan bijak. Masalah bukanlah masalah, yang menjadi masalah adalah ketika kita salah dalam menyikapi masalah.
Jika kau tak sanggup merubah arah angin, maka ubahlah arah sayapmu. Hal tersebut merupakan realitas yang terjadi. Hal ini diangkat bukan untuk provokasi atau negosiasi, tapi lebih untuk tujuan mulia agar seluruh komponen institut dapat mengambil sikap secara cerdas dan bijak. Masalah bukanlah masalah, yang menjadi masalah adalah ketika kita salah dalam menyikapi masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^