Sore itu Cassie menunggu orang tuanya dengan antusias, kaki
kecilnya bolak balik dari ruang tamu ke pintu depan sesekali diliriknya jalan
raya di depan rumahnya. Tetapi belum ada tanda-tanda yang ditunggu olehnya. Cassie
masuk lagi keluar lagi sampai satu jam lamanya. Suara simbok yang menyuruhnya
berulang kali makan duluan masih tidak digubrisnya. Barulah jam 18.30 ia
mendengar kelakson mobil didepan rumah Cassie kecil melompat girang.
“Hore......Mama
Papa sudah pulang.”
Dari kamarnya yang berada di lantai dua , dilihatnya dua
orang yang sangat dicintainya itu mauk ke rumah, yang satu masuk ke kamar mandi
dan yang satu menghempaskan diri di sofa sambil mengurut-urut kepalanya. Wajah-wajah
yang letih sehabis bekerja seharian mencari nafkah bagi keluarga. Bagi sikecil Cassie
, di otaknya dia hanya tahu rindu mama dan papanya dan ia senang sekali karena
kedua orang yang sangat dicintai telah berada di rumah. Tidak lama kemudian, ia
turun dan berteriak.
“Ma....
Ma..... Mama........”. Cassie mencoba
menggerak-gerakkan tangan mamanya.
Tapi orang yang dipanggilnya tetap orang yang dipangilnya
diam. Dengan cemas Cassie bertanya lagi.
“Mama
sakit ya...?, mananya yang sakit ma?, ayo... tahu kasih Cassie ......tangannya ya
yang sakit? Atau kaki mama yang sakit...?
Tapi mamanya tidak menjawab. Hanya mengedipkan alis sambil
memejamkan mata. Cassie makin gencar
bertanya kepada mamanya.
“Ma.. Mama
sakit ya...?, biar Cassie ambilin obat
ya..ya..”
Tapi tiba-tiba.
“Cassie
kepala mama lagi pusing ni.Kamu jangan
berisik dong”
Mamanya malah membentak dengan suara tinggi. Karena kaget, Cassie
mundur kebelakang, matanya menyipit,
kaki kecilya gemetar, bingung. Lalu Cassie kecil menyudut keluar ruangan mengamati
mamanya dari jauh yang memijit-mijit kepalanya.
Cassie pun bertanya dalam hati. “Cassie salah apa..? Cassie kan sayang mama, apakah mamatidak suka Cassie dekat-dekat atau Cassie mengganggu mama, atau tidak bolehkah Cassie sayang mama..”
Bebagai peristiwa yang sama terjadi mewarnai hari-hari Cassie
dan tentu semua terekam dalam otak kecil
Cassie . Setelah bertahun-tahun Cassie bertambah besar dan tinggi. Jadi remaja dan
beranjak dewasa. Suatu ketika, kedua orang tuanya pulang dari kantor, Cassie menurunkan kaki dan mematikan Tv dan buru-buru
lari keatas mengunci pintu dan hilang dari pandangan orang tuanya.
“Mbok...
Cassie mana mbok?” tanya mamanya kepada
pembantu.
“Oooh,
non Cassie sudah makan duluan nyonya.” Jawab
pembantunya dengan hormat.
Ya, seperti biasanya malam itu mereka hanya makan berdua. Dalam
kesunyian mereka berpikir dengan hati terluka.
“ Ya
Tuhan.... kenapa anakku yang ku besarkan dengan susah payah, nampaknya tidak
suka menghabiskan waktu bersama-sama dengan ku. Apa salahku, apa dosaku, anak
jaman sekarang memang tidak tahu hormat sama orang tua.”
Itulah yang selalu ada dalam pikiran kedua orang tua Cassie dan tanpa diketahui keduanya, dari atas Cassie
mengamati kedua orang yang sangat
dicintainya diam dari jauh. Dari lubuk hati yang paling dalam dari tempat
dimana ia tidak akan terluka
Cassie bertanya, “bagaimana caranya aku dapat memeluk
seekor landak”.
Dari cerita diatas, maka kita dapat suatu ilmu yang berharga
yaitu “harta bukanlah segalanya, seorang anak tidak akan merasa bahagia hanya
dengan harta yang melimpah, namun kasih sayang dari orang yang sangat dicintai
yaitu orang tua akan lebih berharga dibandingkan dengan harta yang melimpah
ruah.”
Semoga bermanfaat dan bisa menjadi refleksi untuk diri kita, apakah nanti kita
akan membahagiakan anak kita kelak dengan harta atau kasih sayang yang tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^