Hasil Karya Terbaik Islamic Media Contest Kategori Writing Contest
Penulis : Isma Nurjanah
Asal : STMIK El-Rahma Yogyakarta
Kukhitbah Engkau Dengan Al – Qur ‘an
Kategori : Cerpen
Siang
itu.... Langit cerah, awan bergerak pelan mengikuti arus angin yang berhembus
sehingga awan itu membentuk sebuah benda seolah –olah mengisyaratkan sebuah ungkapan. Matahari
siang membuat manusia mandi keringat. Disebuah gedung besar dengan halaman yang
luas dikelilingi pohon – pohon tua
meronta yang seakan ingin segara pensiun dari dunia yang fana.
Masuklah
Azzam dengan seragam putih abu – abunya,
ke sebuah ruangan yang cukup luas. Suasana hening, bingung, dan cemas
tampak pada raut muka teman – teman Azzam. Assalaamu’alaykum, “Azzam mengucap
salam dan senyuman hangat dari bibirnya. Wa’alaykumussalaam, ”jawab teman –
teman Azzam dengan sedikit senyuman kurang ikhlas. Suasana menjadi tegang
ketika sebuah amplop pengumuman Ujian Nasional dibagikan. Ada yg takut
membukanya dan ada juga yang cepat – cepat membukanya karena penasaran. Sebelum
membuka amplop, Azzam mengucap basmalah terlebih dahulu kemudian membukanya
dengan perlahan dan setelah melihat isinya terucap Hamdalah dari mulutnya
sebagai rasa syukur kepada Allah SWT karena dia telah lulus dengan predikat
terbaik dan mendapat beasiswa dari sekolah untuk melanjutkan kejenjang yang
lebih tinggi yaitu kuliah. Setelah tiba dirumah, Azzam memberitahukan kepada
ibunya, namun ibunya tidak mengizinkannya kuliah tetapi dia disuruh untuk
membantu mencukupi kebutuhan keluarga dan untuk membiayai sekolah adiknya.Sebagai
anak yang berbakti diapun menuruti apa kata ibunya, dan dia juga berpikir sudah
saatnya dia menggantikan posisi ayahnya yang telah wafat 4 tahun silam untuk
menjadi tulang punggung keluarga, walaupun dalam hatinya dia ingin sekali
melanjutkan kuliah.
Dua
hari selanjutnya dia bekerja disebuah swalayan. Dia pegawai yang rajin, jujur,
dan taat beribadah. Dia tidak pernah ketinggalan shalat berjama’ah dimasjid
dekat swalayan. Pulang bekerja dia membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan
rumah. Sehabis berjama’ah maghrib, dia selalu mengajari anak – anak didesanya
untuk mengaji Al – Qur’an dilanjutkan berjama’ah ‘Isya dan pengajian rutin. Dia
dikenal pemuda yang baik didesanya, dia juga tidak suka membuang – buang waktu
untuk nongkrong membicarakan hal – hal yang tidak berguna. Dia lebih suka
mengajari adiknya belajar dan membantu ibunya dirumah. Zanjabiyla, ya... itulah
nama adik Azzam. Dia cantik dan mempunyai kharisma yang tinggi seperti namanya.
Azzam sangat menyayangi ibu dan adiknya.
Azzam
selalu memenej waktunya dengan baik, dia selalu menuliskan kegiatan hariannya
disebuah buku kecil agar tidak ada waktu yang terbuang sia – sia. Jadwal kajian
yang harus dia ikuti juga tak ketinggalan ditulisnya.
Suatu
hari dia datang ke sebuah pesta perkawinan teman SMAnya. Pesta itu digelar
disebuah gedung yang luas, besar, dan mewah. Tamu undangan satu persatu datang
memenuhi tempat itu. Dia mendatangi Akbar, kakak kelasnya waktu SMA.
Assalaamu’alaykum, kaifa haluk akh??, “tanya Azzam kepadanya. Wa’alaykumussalaaam,
Azzaaam..! tambah ganteng antum nie, “jawab Akbar sambil memeluk Azzam.
Kemudian diperkenalkan adik Akbar kepadanya, Qurrota A’yunin. Dia terlihat
sangat anggun dan cantikdengan jubah merah dan kerudung lebar yang
dikenakannya. Assalaamu’alaykum, “salam Unin kepadanya. Wa wa’alaykumussalaam,
”Azzam pun menjawab dengan gugup. Walaupun Azzam dulu sering main kerumah
Akbar, namun dia tidak pernah melihat Unin karena dia sekolah dipondok Madani,
Jawa Timur atau yang sering dikenal dengan Pondok Gontor . Azzam mulai
terpesona dengan keanggunannya.
Akbar
dan Unin pergi membeli makanan ringan disebuah swalayan. Ketika mereka hendak
membayar dikasir ternyata Azzam yang menjaga kasir tersebut. Antum kerja disini
Zam??, “tanya Akbar. Iya akh, “Jawab Azzam sambil tersenyum. Mainlah Zam
kerumah ana, lama antum enggak main kerumah, “ujar Akbar. Insya Allah akh,
nanti malam yah. Jangan lupa sambal krosaknya.hehe, “jawabnya kepada Akbar
sambil bergurau. Tenang saja akh, chef tersayangku punya simpanan cabe buanyak
dirumah.hehe, “jawabnya. Unin pun hanya ikut tersenyum. Azzam tak sengaja
melihat senyuman Unin yang begitu manis dan menawan, tiba – tiba hatinya
berdebar kencang dari biasanya. Malampun tiba, Azzam pergi kerumah Akbar dengan
celana hitam diatas mata kaki dan baju birunya. Diketuklah pintu rumah kemudian
salam. Terdengar suara seorang perempuan menjawab salam dari dalam rumah dan
membukakan pintu. Setelah Azzam melihat ternyata Unin yang membukakan pintu,
hati Azzam berdebar – debar dengan sangat hebat. Mas Azzam, silahkan masuk mas.
Duduk dulu.. saya panggilkan Mas Akbar, “ujar Unin. Azzampun tak mampu menjawab
dan hanya menganggukkan kepala. Setelah bertemu Akbar dan bicara panjang lebar,
pulanglah Azzam.Sesampai dirumah, ia hendak tidur tapi dia tidak bisa tidur.
Tiba – tiba dia memikirkan Unin dan bayang – bayang Unin seakan – akan
mengelilinginya. Hatinya berbunga – bunga bagai musim semi yang berguguran.
Tanda apakah ini?? aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. “Kata Azzam
dalam hati.Hari berganti hari Azzam masih terus memikirkan Unin, seolah – olah
Unin tidak mau pergi dalam pikirannya. Setiap qiyamul lail dia berdo’a memohon
ampun kepada Allah tentang perasaan itu dan berdo’a agar perasaanya Kepada
Allah lebih besar dari apapun. Puasa Senin – Kamis pun dia kerjakan agar dia
mampu menahan hawa nafsunya.
Satu
bulan selanjutnya, Azzam menemui Akbar dan Unin. Dia berbicara kepada Unin
bahwa dia ingin mengajaknya ta’aruf dan Unin pun menerima. Selang satu minggu
berta’aruf, Azzam mengutarakan niatnya untuk menikahinya. Dia menyampaikan
niatnya itu kepada ibunya bahwa dia akan mengkhitbah seseorang dan ibunya
menyetujui. Dimalam hari yang terang dengan cahaya rembulan dan bintang yang
bertebaran, Azzam ditemani duaorang
temannya pergi kerumah Unin. Azzam
menyampaikan kedatangannya kepada keluarga Unin untuk mengkhitbah Unin
untuk dinikahinya. Ayah Unin setuju, namun dia meminta agar maharnya adalah
hafal Al – Qur’an 30 juz dalam waktu tiga bulan dan Azzam menyanggupinya dengan
mengucapkan Insya Allah. Karena segala sesuatu itu atas kehendak Allah.
Azzam
kembali kerumah dan menyampaikan kepada ibu dan adiknya apa yang diinginkan
keluarga Unin. Mulailah Azzam menghafal Al – Qur’an dari surat yang pendek.
Suatu malam tiba – tiba adik Azzam demam tinggi, nafsu makan berkurang, satu
minggu setelah itu badannya merasa baikan kemudian muncul bintik merah
diseluruh tubuhnya. Azzam dan ibunya sangat khawatir dan mereka memeriksakan
Zanjabiyla kerumah sakit didesanya. Setelah dicek darah ternyata Zanjabiyla dinyatakan
positif mengalami demam berdarah dan harus diopname. Mereka menemani dan
menjaganya 24 jam dengan bergantian. Azzam menulis ulang agendanya dengan
cermat untuk membagi waktu antara bekerja, menemani adiknya, dan hafalan. Dia
juga mencari kerja tambahan untuk membiayai rumah sakit adiknya. Capek yang dia
rasa tak dihiraukan asalkan adiknya bisa sembuh.Setelah dua minggu opname
dirumah sakit, akhirnya dokter mengizinkan pulang karena keadaanya sudah
membaik. Azzam dan ibunya mengucap hamdalah dan nampak diwajahnya sangat senang
mendengar berita itu.
Dua
bulan berlalu, banyak ujian dan cobaan silih berganti menghampiri dirinya. Dia
tetap tabah dan sabar. Tak henti – hentinya dia menghafal Al – Qur’an, setiap
ada waktu dia muroja’ah agar tidak lupa. Sudah tak sabar dia ingin segera
melamar Unin. Satu minggu sebelum hari H pengujian hafalan serta lamaran, ibu
Azzam masuk rumah sakit karena kecapean. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan
ibunya dan raut wajahnya terlihat gelisah dan cemas. Dia juga harus tetap
menghafal Al – Qur’an karena satu minggu lagi waktu dimana dia diuji
hafalannya. Dan akhirnya setelah dua hari dirumah sakit, ibunya sudah boleh
pulang dia mengucap syukur kepada Allah SWT dan terlihat senang.
Tiga
bulan berlalu, dengan memakai celana hitam, baju koko berwarna putih, dan
kopyak hitamnya. Azzam serta keluarganya, tiga orang temannya, dan seorang
sesepuh didesanya pergi keruman Unin. Keluarga Unin menyambutnya dengan baik.
Pengujian itu diuji oleh ayah Unin sendiri yang dia adalah seorang ustadz.
Semua orang yang ada ditempat itu tegang, termasuk Unin. Pengujian dimulai dari
surat Al Fatihah kemudian surat – surat selanjutnya yang diambil beberapa ayat.
Dan pada saat diuji salah satu surat yang panjang pada ayat bagian tengah,
Azzam sedikit terganggu karena grogi dan sempat mengulang
serta ada bagian yang lupa. Suasana menjadi sangat tegang. Nampak terucap do’a
kepada Allah dengan sangat lirih dari bibir Ibu Azzam dan Unin. Dan
akhirnya..... Azzam ingat dan mampu melewati ujian – ujian hafalan yang diuji
oleh ayah Unin. Setelah ujian selesai, bapak Unin berkata, “Aku terima
lamaranmu wahai anak muda untuk aku jadikan menantu.” Serentak yang ada dalam
ruang itu berkata “Alhamdulillah” karena rasa syukur mereka kepada Allah.
Tampak terlihat kebahagiaan pada raut wajah mereka, Unin yang terlihat begitu
nampak sangat bahagia. Dan pada saat akad, ayah Unin meminta agar menghfal
surat Al Kahfi sebagai bukti maharnya. Dengan mengenakan baju dan kerudung
berwarna pink, Unin terlihat sangat cantik dan anggun. Sedangkan Azzam terlihat
tampan dan gagah dengan jas hitamnya. Prosesi akad pun dilakukan dengan sakral
dan Azzam menghafalkan suratAl Kahfi seperti yang diperintahkan oleh ayah Unin.
Setelah akad selesai, Unin mencium tangan Azzam. Kemudian dilanjutkan dengan
acara walimah yang diadakan secara sederhana. Tergambar kebahagiaan pada mereka
berdua, keluarga, dan tamu undangan yang hadir.
Akhir
cerita, setelah pernikahan itu mereka berdua menjalani
rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^