Hasil Karya Terbaik Islamic Media Contest Kategori Writing Contest
Penulis : Isma Nurjanah
Asal : STMIK El-Rahma Yogyakarta
UWAIS AL QARNI SANG PENDUDUK LANGIT
Kategori : Tokoh Islam
Pada zaman
Rasulullah saw. ada seorang sahabat yang hidup sezaman dengan Rasulullah saw.
dan ingin sekali bertemu dengan Rasulullah saw. namun tidak pernah bertemu
dengan Rasulullah saw. Dialah Al – Qorni, pemuda yang ahli membaca Al- Qur’an
dan selalu menangis, pakaiannya hanya dua helai dan sudah kusut yang satu untuk
penutup badan dan yang satunya digunakan sebagai selendang. Dia tidak terkenal
di kalangan manusia, namun dia sangat terkenal diantara penduduk langit. Dengan
izin Allah, dia mampu memberikan syafa’at pada hari kiamat kelak bagi sejumlah
bilangan qabilah Robi’ah dan qabilah Mudhor.
Tidak banyak yang mengenal dirinya.
Banyak yang menertawakan, mengolok – olok, dan mempermainkan hatinya. Tidak
kurang juga menuduhnya sebagai pencuri serta berbagai macam umpatan demi
umpatan, celaan demi celaan.
Suatu ketika, seorang fuqoha negeri
Kuffah datang dan ingin duduk bersamanya. Orang itu memberi dua helai pakaian
sebagai hadiah, namun hadiah pakaian itu tidak diterima karena takut banyak
fitnah. Lalu Uwais berkata:
“Aku
khawatir, nanti orang akan menuduh aku, darimana aku mendapatkan pakaian itu?
Kalau tidak daripada membujuk pasti daripada mencuri.”
Uwais telah lama menjadi yatim. Dia
tidak mempunyai sanak saudara, kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan
lumpuh tubuh badannya. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Uwais
bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk
memenuhi keperluan harinya bersama ibunya. Apabila ada uang berlebih, Uwais
menggunakannya untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan kekurangan.
Kesibukannya sebagai penggembala kambing dan merawat ibunya, tidak mempengaruhi
kegigihannya dalam beribadah. Dia tetap melakukan puasa disiang hari dan
brmunajat di malam harinya.
Uwais Al – Qarni telah memeluk Islam
ketikaseruan Rasulullah saw. tiba di negeri Yaman. Seruan Rasulullah telah
mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang
tidak ada sekutu baginya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak
luhur. Peraturan – peraturan yang terdapat di dalamnya menarik hati Uwais.
Apabila seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena
selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya
yang telah memeluk Islam, mereka pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran
Rasulullah saw. secara langsung. Setelah mereka kembali ke Yaman, mereka
memperbaharui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Uwais merasa
sedih setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah
bertamu dan bertemu dengan kekasih Allah SWT, sedang dia sendiri belum
berkesempatan. Kecintaan kepada Rasulullah saw. menumbuhkan kerinduan yang kuat
untuk bertemu dengan sang kekasih. Namun apalah daya, dia tidak punya bekal
yang cukup untuk ke Madinah. Dia berat meninggalkan ibunya yang sedang sakit
dan perlu dirawat. Kalau dia ke Madinah siapa yang akan merawat ibunya
sepanjang ketiadaanya nanti?
Diceritakan ketika terjadi perang Uhud,
Rasulullah saw. mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh
musuh – musuhnya dan khabar ini sampai kepada Uwais. Dia segera memukul giginya
dengan batu hingga patah. Hal itu dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada
Rasulullah saw., sekalipun ia belum pernah melihatnya.
Hatinya selalu gelisah siang dan
malam menahan kerinduan untuk berjumpa Rasulullah saw. Akhirnya, pada suatu
hari Uwais mendekati ibunya, dia mengungkapkan isi hatinya dan memohon izin
kepada ibunya agar diperkenankan untuk pergi mengunjungi Rasulullah saw. di
Madinah. Sang ibu merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau
amat faham hati nurani anaknya dan berkata,
“Pergilah
wahai anakku! Temuilah Rasulullah saw. di rumahnya. Apabila telah berjumpa,
segeralah engkau kembali pulang.”
Dengan rasa gembira dia berkemas untuk berangkat. Dia tidak lupa
untuk menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada
tetangganya agar dapat menemani ibunya selama dia pergi. Sesudah siap segala
persediaan, Uwais mencium sang ibu. Berangkatlah Uwais menuju Madinah yang
berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.
Tibalah Uwais di kota Madinah.
Segera ia menuju ke rumah Rasulullah saw., diketuknya pintu rumah itu sambil
mengucapkan salam. Keluarlah ‘Aisyah r.a sambil menjawab salam Uwais. Segera
Uwais menanyakan Rasulullah saw., namun Rasulullah saw. tidak berada di rumah
melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh
ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tidak berada di rumah. Dalam hatinya
bergejolak perasaan ingin menunggu kedatangan Rasulullah saw. dari medan
perang, tetapi masih terngiang di telinga pesan ibunya agar ia cepat pulang ke
Yaman. Atas ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan
suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Rasulullah saw.
Dengan terpaksa ia pulang ke negerinya dan menitipkan salamnya untuk Rasulullah
saw. Sepulang dari medan perang, Rasulullah langsung menanyakan kedatangan
orang yang mencarinya. Lalu Rasulullah saw. menjelaskan bahwa Uwais Al – Qarni
adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghunu langit dan sangat
terkenal di langit. Mendengar perkataan Rasulullah saw. ‘Aisyah dan para
sahabatnya tertegun. Menurut ‘Aisyah r.a memang benar ada yang mencari
Rasulullah saw. dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan
sakit – sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Rasulullah
saw. bersabda: “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais Al Qarni),
perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah – tengah telapak tangannya.”
Sesudah itu Rasulullah saw memandang kepada ‘Ali r.a dan Umar r.a dan bersabda:
“Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan
istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi. Tidak lama
kemudian Rasulullah saw. wafat, hinggalah sampai waktu Khalifah Abu Bakar as –
Shiddiq r.a telah digantikan dengan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika Khalifah
Umar teringat akan sabda Rasulullah saw. tentang Uwais Al Qarni, sang penghuni
langit. Beliau segera mengingatkan kepada Ali r.a untuk mencarinya bersama.
Setiap ada Kafilah yang datang dari Yaman, mereka berdua selalu bertanya
tentang Uwais Al Qarni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah –
kafilah itu ada yang merasa heran, apa sebenarnya yang terjadi sampai ia dicari
oleh beliau berdua. Rombongan kafilah silih berganti membawa barang dagangan
mereka. Suatu ketika, Uwais Al Qarni turut bersama rombongan kafilah menuju
kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah dari Yaman, Khalifah Umar r.a dan
Ali r.a segera mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama
mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka. Mendengar
tanggapan itu, mereka berdua bergegas pergi menemui Uwais Al Qarni. Ketika
sampai di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a dan Ali r.a memberi
salam, namun Uwais sedang melaksanakan shalat. Setelah selesai shalatnya, Uwais
menjawab salam keduanya sambil bersalaman. Sewaktu berjabat tangan, Khalifah Umar
segera membalikkan tangan Uwais untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang
berada di telapak tangan Uwais sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw.
Memang benar
dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut. Setelah mereka
berbincang – bincang, akhirnya Khalifah Umar r.a dan Ali r.a memohon agar Uwais
berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah,
“Saya yang
harus meminta do’a kepada kalian.”
Mendengar
perkataan Uwais, Khalifah berkata,
“Kami datang
kesini untuk mohon do’a dan istighfar daripada Anda.”
Karena
desakan kedua sahabat ini, Uwais Al Qarni akhirnya mengangkat kedua tangannya,
berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali
tenggelam dan tidak terdengar beritanya. Namun, ada seorang lelaki pernah
bertemu dan dibantu oleh Uwais. Ketika itu kami berada di atas kapal menuju ke
tanah Arab bersama para pedagang. Tanpa disangka – sangka angin berhembus
dengan kencang. Akibatnya, hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air
laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu
kami melihat seorang laki – laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal
yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan
melakukan shalat diatas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.
“Wahai
waliyullah, tolonglah kami!” Namun lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru
lagi,
“Demi Zat
yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”.
Lelaki itu
menoleh dan berkata, “Apa yang terjadi?”
“Tidakkah
engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak?” tanya kami.
“Dekatkanlah
diri kalian kepada Allah!” Katanya.
“Kami
melakukannya.”
“Keluarlah
kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrahmaanirrahiim!”
Kamipun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul. Pada saat
itu jumlah kami lima ratus lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,
sedangkan perahu kami serta isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu
berkata kepada kami,
“Tidak
apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat.”
“Demi
Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan?” Tanya kami.
“Uwais Al
Qarni.” Jawabnya dengan singkat.
Kemudian
kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut
adalah milik orang – orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.”
“Jika Allah
mengembalikan harta kalian, apakah kalian akan membagi – bagikan kepada orang –
orang fakir di Madinah?” Tanyanya.
“Ya! “Jawab
kami.
Orang
itupun melaksanakan shalat dua raka’at di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais
Al Qarni mengucap salam, tiba – tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu
kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setelah tiba di Madinah, kami
membagi – bagikan seluruh harta kepada orang – orang fakir di Madinah, tiada
satupun yang tertinggal.
Beberapa waktu kemudian, tersiar
khabar Uwais Al Qarni telah wafat. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba
– tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikannya. Dan ketika dibawa
ke tempat pembaringan untuk dikafani, disana sudah ada orang – orang yang
menunggu untuk mengkafankannya. Demikian juaga ketika orang hendak menggali
kuburnya, disana sudah ada orang – orang yang menggali kuburnya. Ketika jenazah
dibawa menuju pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebut untuk menandu
jenazahnya. Kepergian Uwais Al Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.
Banyak hal – hal yang amat mengherankan. Banyak orang yang tidak kenal datang
untuk mengurus jenazah dan pengebumiannya, padahal Uwais adalah seorang fakir
yang tiada dihiraukan orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^