Hasil Karya Terbaik Islamic Media Contest Kategori Writing Contest
Asal : Institut Pertanian STIPER Yogyakarta
KELICIKAN AMERIKA SERIKAT
Kategori :
Berita Islam
Lembah
Swat di Pakistan yang dulunya begitu indah telah berubah menjadi medan
pertempuran yang mencekam. Minggu lalu, Pakistan akhirnya tunduk kepada
perintah penuh amarah dari Washington untuk mengerahkan segenap kekuatan
militernya untuk melawan para pemberontak suku Pashtun di propinsi perbatasan
sebelah barat laut (NWFP) di sepanjang perbatasan Afghanistan – yang mana pihak
Barat keliru dengan menyebut kelompok tersebut sebagai Taliban. Kelompok
tersebut bukanlah Taliban Afghanistan, namun pemerintah dan media-media Barat
serta Pentagon nampaknya lebih nyaman dengan menyebut kelompok tersebut sebagai
kelompok Taliban.
Pemerintahan Obama telah mengeluarkan ancaman untuk
menghentikan bantuan dana senilai $1,2 miliar pertahunnya untuk membuat
bangkrut kepemimpinan politik dan militer Pakistan, pemerintah AS juga menahan
bantuan sebesar $5,5 miliar yang sedianya akan dikucurkan pada masa mendatang,
kecuali pemerintah Pakmistan di Islamabad bersedia mengirimkan pasukan ke
daerah pergolakan di NWFP disepanjang perbatasan Afghanistan dan menyapu bersih
segala macam upaya untuk mendirikan kembali hukum dan otonomi Islam. Kebanyakan
penduduk di kawasan tersebut menginginkan diterapkannya hukum Islam karena di
negara Pakistan yang korup, hukum Islam adalah satu-satunya sistem peradilan
yang jujur, cepat dan terpercaya. Sementara hukum-hukum lainnya adalah sistem
hukum yang bisa dibeli dengan uang.
Angkatan darat dan angkatan udara Pakistan mengklaim telah
membunuh 1.000 orang "teroris" (baca: hampir seluruhnya adalah warga
sipil) dan hampir mengosongkan lembah tersebut dari tanda-tanda kehidupan.
Sumber-sumber dari PBB mengatakan bahwa operasi pemerintah Pakistan tersebut
hanya membuat sekitar 2 juta orang penduduk kehilangan tempat tinggal dan menjadi
pengungsi.
Pasukan bersenjata Pakistan, yang dibayar oleh AS untuk
memerangi suku Pashtun, telah meraih kemenangan besar atas rakyatnya sendiri.
Yang patut disayangkan, militer Pakistan tidak mampu untuk melakukan peperangan
seperti saat melawan India. Bagaimanapun juga, meledakkan warga sipil yang
tengah ada di rumah, jauh lebih aman dan menguntungkan Pakistan.
Karena tidak mampu menenteramkan warga suku Pashtun (yang
seringkali keliru disebut sebagai Taliban), pihak Washington yang merasa sangat
frustrasi mulai mengobrak-abrik Pakistan untuk mengakhiri perlawanan suku
Pashtun di kedua negara. Pesawat tanpa awak CIA sejauh ini telah membantai
lebih dari 700 warga Pashtun Pakistan. Hanya 6% dari jumlah itu yang menenteng
senjata. Menurut media Pakistan, sebagian besar sisanya adalah warga sipil.
Pashtun yang oleh pemerintah Pakistan disebut Pathan, adalah
komunitas adat yang terbesar di dunia. Sekitar 15.000.000 orang berdiam di
Afghanistan, menjadi setengah dari populasi negara tersebut. 26.000.000 orang
lainnya tinggal di seberang perbatasan Pakistan. Jumlah pengungsi Pashtun di
Afghanistan di Pakistan mencapai 3.000.000 orang.
Dengan strategi mereka untuk memecah belah dan menguasai,
kaum penjajah Inggris memecah Pashtun dengan mendirikan perbatasan buatan,
Garis Durand (yang kini menjadi Perbatasan Pakistan-Afghanistan). Kaum Pashtun
menolak diterapkannya perbatasan buatan tersebut.
Kebanyakan kaum Pashtun yang u untuk bergabung dengan
Pakistan pada tahun 1947, dengan syarat agar tanah kelahiran mereka tetap
menjadi wilayah otonomi dan bebas dari pasukan pemerintah. Kaum Pashtun Swat,
yang menerapkan Syariah Islam, baru bergabung dengan Pakistan pada tahun 1969
setelah mendapatkan jaminan otonomi dan kebebasan beragama. Disaat Pashtun
Pakistan terus memberikan bantuan terhadap gerakan perlawanan Pashtun di
Afghanistan, Pesawat tanpa awak AS mulai menembaki mereka. Washington memaksa
Islamabad untuk melanggar konstitusinya sendiri dengan mengirimkan pasukan kie
tanah Pashtun. Hasilnya adalah ledakan kemarahan dari kaum Pashtun.
Korban-korban yang gugur dalam perang saudara di Pakistan |
Kaum Pashtun memiliki keberanian luar biasa yang melegenda,
mereka juga memiliki rasa hormat yang sangat tinggi, ditambah dengan
determinasi yang tinggi. Namun mereka juga senang berseteru dan bertikai.
Jangan pernah mengancam atau memberikan ultimatum kepada
seorang Pashtun. Para petarung pegunungan tersebut tidak menanggapi AS dengan
menolak menyerahkan Usamah bin Ladin karena dia adalah pahlawan perang
anti-Soviet sekaligus tamu mereka. Jika mereka menyerahkan bin Ladin, maka
mereka hanya akan melanggar kode etik bersejarah Pashtunwali mereka yang masih
menjadi tuntunan mereka.
Kini, kebijakan Washington dan kekerasan di lembah Swat pada
minggu lalu mengancam untuk kembali mengobarkan mimpi terburuk kedua Pakistan
setelah invasi India; yakni 26 juta orang Pashtun akan memisahkan diri dan
kemudian bergabung dengan kaum Pashtun Afghanistan, lalu membentuk negara
independen, Pashtunistan.
Hal ini akan membuat Pakistan hancur lebur, kemungkinan aka
dapat memprovokasi suku Baluchi yang juga tengah resah untuk turut memisahkan
diri, dan hal tersebut akan membuat India sangat tergiur untuk kembali
mengerahkan kekuatan militer, dengan menempuh resiko perang nuklir dengan Pakistan.
Kaum Pashtun dari NWFP tidak memiliki tujuan atau kemampuan
untuk pindah ke propinsi lain di Pakistan, seperti Punjab, Sindh, dan
Baluchistan. Mereka hanya mau dibiarkan sendiri dan tidak diganggu. Segala
macam peringatan mengenai Taliban ingin mengambilalih Pakisttan hanyalah
pernyataan yang dipicu oleh sikap acuh atau propaganda asing.
Penduduk lembah Pakistan berulangkali menolak partai militan
Islam. Hanya sedikit dari mereka yang peduli terhadap kaum Pashtun, yang mereka
anggap sebagai orang gunung pedalaman yang kasar, yang sebaiknya dihindari.
Partai Islam Pakistan biasanya hanya memenangkan kurang dari 10 persen dari
suara nasional.
Bahaya yang sebenarnya adalah tingkah AS yang seperti gajah
mengamuk, menginjak-injka Pakistan sampai gepeng, dan kemudian memaksa militer
Pakistan untuk berperang dengan penduduknya sendiri. Dengan kondisi seperti
itu, Pakistan bisa saja berakhir seperti negara lain yang dijajah AS, Irak.
Terpecah belah dan tidak berdaya.
Jika hal ini berlanjut, pada satu titik, para prajurit
Pakistan yang nasionalis boleh jadi akan memberontak melawan para jenderal dan
politisi korup yang disetir dan dibayar oleh Washington.
Seperti halnya di Irak, sikap acuh
dan arogansi militer terus mengendalikan kebijakan AS di Afghanistan. Orang-orang
Obama tidak mengerti apa yang tengah mereka lakukan di Afpak
(Afghanistan-Pakistan) seperti halnya dengan pemerintahan Bush. Mereka akan melalui jalan yang
sulit.
Dikutip
dari www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^