Humor adalah suatu
kebutuhan bagi setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari, bisa
dibayangkan apabila dalam hidup kita tidak ada tawa, canda, dan humor pasti
akan sangat sumpek dan ga nyaman sekali. Ada banyak sekali jenis humor atau
suatu candaan, dari mulaicerita humor, sms lucu, pantun, puisi
lucu, atau cerita humor yang islami.
Dibawah ini ada
beberapa cerita humor islami yang kita kasih untuk sobat semua, karena ga semua
humor atau bahan becandaan harus bersifat atau menjurus ke hal-hal yang berbau
jorok. Semoga pembaca semua khususnya yang muslim suka ya dengan cerita-cerita humor islami ini,
yuk disimak selengkapnya.
Cara Menjebak
Pencuri
Pada zaman dahulu
orang berpikir dengan cara yang amat sederhana. Dan karena kesederhanaan
berpikir ini seorang pencuri yang telah berhasil menggondol seratus keping
lebih uang emas milik seorang saudagar kaya tidak sudi menyerah. Hakim telah
berusaha keras dengan berbagai cara tetapi tidak berhasil menemukan pencurinya.
Karena merasa putus asa pemilik harta itu mengumumkan kepada siapa saja yang
telah mencuri harta miliknya merelakan separo dari jumlah uang emas itu menjadi
milik sang pencuri bila sang pencuri bersedia mangembalikan.
Tetapi pencuri itu
malah tidak berani menampakkan bayangannya. Kini kasus itu semakin ruwet tanpa
penyelesaian yang jelas. Maksud baik saudagar kaya itu tidak mendapat-tanggapan
yang sepantasnya dari sang pencuri. Maka tidak bisa disalahkan bila saudagar
itu mengadakan sayembara yang berisi barang siapa berhasil menemukan pencuri
uang emasnya, ia berhak sepenuhnya memiliki harta yang dicuri. Tidak sedikit
orang yang mencoba tetapi semuanya kandas.
Sehingga pencuri itu
bertambah merasa aman tentram karena ia yakin jati dirinya tak akan terjangkau.
Yang lebih menjengkelkan adalah ia juga berpura-pura mengikuti sayembara. Tidak
berlebihan bila dikatakan bahwa menghadapi orang seperti ini bagaikan
menghadapi jin. Mereka tahu kita sedangkan kita tidak. Seorang penduduk berkata
kepada hakim setempat.
“Mengapa tuan hakim
tidak minta bantuan Abu Nawas saja?”
“Bukankah Abu Nawas
sedang tidak ada di tempat?” kata hakim itu balik bertanya.
“Kemana dia?” tanya
orang itu.
“Ke Damakus.” jawab hakim
“Untuk keperluan apa?”
orang itu ingin tahu.
“Memenuhi undangan
pangeran negeri itu.” kata hakim.
“Kapan ia datang?”
tanya orang itu lagi.
“Mungkin dua hari
lagi.” jawab hakim. Kini harapan tertumpu sepenuhnya di atas pundak Abu Nawas.
Pencuri yang selama ini merasa aman sekarang menjadi resah dan tertekan. Ia
merencanakan meninggalkan kampung halaman dengan membawa serta uang emas yang
berhasil dicuri. Tetapi ia membatalkan niat karena dengan menyingkir ke luar
daerah berarti sama halnya dengan membuka topeng dirinya sendiri. Ia lalu
bertekad tetap tinggal apapun yang akan terjadi.
Abu Nawas telah
kembali ke Baghdad karena tugasnya telah selesai. Abu Nawas menerima tawaran
mengikuti sayembara menemukan pencuri uang emas. Hati pencuri uang emas itu
tambah berdebar tak karuan mendengar Abu Nawas menyiapkan siasat. Keesokan
harinya semua penduduk dusun diharuskan berkumpul di depan gedung pengadilan.
Abu Nawas hadir dengan membawa tongkat dalam jumlah besar. Tongkat-tongkat itu
mempunyai ukuran yang sama panjang.
Tanpa berkata-kata Abu
Nawas membagi-bagikan tongkat-tongkat yang dibawanya dari rumah. Setelah
masing-masing mendapat satu tongkat, Abu Nawas berpidato, “Tongkat-tongkat itu
telah aku mantrai. Besok pagi kalian harus menyerahkan kembaii tongkat yang
telah aku bagikan. Jangan khawatir, tongkat yang dipegang oleh pencuri selama
ini menyembunyikan diri akan bertambah panjang satu jari telunjuk. Sekarang
pulanglah kalian.”
Orang-orang yang
merasa tidak mencuri tentu tidak mempunyai pikiran apa-apa. Tetapi sebaliknya,
si pencuri uang emas itu merasa ketakutan. Ia tidak bisa memejamkan mata
walaupun malam semakin larut. Ia terus berpikir keras. Kemudian ia memutuskan
memotong tongkatnya sepanjang satu jari telunjuk dengan begitu tongkatnya akan
tetap kelihatan seperti ukuran semula. Pagi hari orang mulai berkumpul di depan
gedung pengadilan. Pencuri itu merasa tenang karena ia yakin tongkatnya tidak
akan bisa diketahui karena ia telah memotongnya sepanjang satu jari telunjuk.
Bukankah tongkat si pencuri akan bertambah panjang satu jari telunjuk? Ia
memuji kecerdikan diri sendiri karena ia ternyata akan bisa mengelabui Abu
Nawas.
Antrian panjang mulai
terbentuk. Abu Nawas memeriksa tongkat-tongkat yang dibagikan kemarin. Pada
giliran si pencuri tiba Abu Nawas segera mengetahui karena tongkat yang
dibawanya bertambah pendek satu jari telunjuk. Abu Nawas tahu pencuri itu pasti
melakukan pemotongan pada tongkatnya karena ia takut tongkatnya bertambah
panjang.
Pencuri itu diadili
dan dihukum sesuai dengan kesalahannya. Seratus keping lebih uang emas kini
berpindah ke tangan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas tetap bijaksana, sebagian dari
hadiah itu diserahkan kembali kepada keluarga si pencuri, sebagian lagi untuk
orang-orang miskin dan sisanya untuk keluarga Abu Nawas sendiri.
——————
Buaya Muslim
Buaya Muslim
Suatu hari ada Ayam,
Sapi dan Babi menyebrangi sungai yang ada buaya nya. Saat ayam lewat langsung
di makan buaya dengan ketakutan,sapi pun lewat tapi sayang nasib naas sama
seprti ayam…
Ketika giliran babi lewat, buaya hanya diam saja… Babi pun jadi heran dan berkata
Ketika giliran babi lewat, buaya hanya diam saja… Babi pun jadi heran dan berkata
Babi: “Eh buaya,kenapa
kamu nggak makan saya?”
Buaya: (sambil tersenyum manis) Sorry Brooo……… GUE “MUSLIM”
Buaya: (sambil tersenyum manis) Sorry Brooo……… GUE “MUSLIM”
——————
Nama Anak Islami
Di sebuah pasar
seorang ibu-ibu sedang mengobrol tentang nama anak-anaknya.
Ibu 1 : Nama anak saya islami sekali lohh bu, nurul jannah artinya cahaya surga
Ibu 1 : Nama anak saya islami sekali lohh bu, nurul jannah artinya cahaya surga
Ibu 2 : Anak aku juga
islami kok..
Ibu 1 : TONI..??? itu
mahh kebarat-baratan atuhh ibu…
Ibu 2 : Ehh, jangan
salah, toni itu hanya panggilan saja, nama lengkapnya adalah A’uzubillahiminassayiTONIrojimm..
Ibu 1 : Wooo… Dasar
woonggg edan!!
——————
Cara Menyiasati Tukang
Bohong
Kawan-kawan Abu Nawas
merencanakan akan mengadakan perjalanan wisata ke hutan. Tetapi tanpa
keikutsertaan Abu Nawas perjalanan akan terasa memenatkan dan membosankan.
Sehingga mereka beramai-ramai pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengajaknya ikut
serta.
Abu Nawas tidak
keberatan. Mereka berangkat dengan mengendarai keledai masing-masing sambil
bercengkrama. Tak terasa mereka telah menempuh hampir separo perjalanan. Kini
mereka tiba di pertigaan jalan yang jauh dari perumahan penduduk. Mereka
berhenti karena mereka ragu-ragu. Setahu mereka kedua jalan itu memang menuju
ke hutan tetapi hutan yang mereka tuju adalah hutan wisata. Bukan hutan yang
dihuni binatang-binatang buas yang justru akan membahayakan jiwa mereka. Abu
Nawas hanya bisa menyarankan untuk tidak meneruskan perjalanan karena bila
salah pilih maka mereka semua tak akan pernah bisa kembali. Bukankah lebih
bijaksana bila kita meninggalkan sesuatu yang meragukan?
Tetapi salah seorang
dari mereka tiba-tiba berkata, “Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal
dekat semak-semak sebelah sana. Mereka adalah saudara kembar. Tak ada seorang
pun yang bisa membedakan keduanya karena rupa mereka begitu mirip. Yang satu
selalu berkata jujur sedangkan yang lainnya selalu berkata bohong. Dan mereka
adalah orang-orang aneh karena mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan saja.”
“Apakah engkau
mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?” tanya Abu Nawas.
“Tidak.” jawab kawan
Abu Nawas singkat.
“Baiklah kalau begitu
kita beristirahat sejenak.” usul Abu Nawas. Abu Nawas makan daging dengan madu
bersama kawan-kawannya. Seusai makan mereka berangkat menuju ke rumah yang
dihuni dua orang kembar bersaudara. Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah
seorang dari dua orang kembar bersaudara itu. “Maaf, aku sangat sibuk hari ini.
Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja. Tidak boleh lebih.”
katanya.
Kemudian Abu Nawas
menghampiri orang itu dan berbisik. Orang itu pun juga menjawab dengan cara
berbisik pula kepada Abu Nawas. Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan segera
mohon diri.
“Hutan yang kita tuju
melewati jalan sebelah kanan.” kata Abu Nawas mantap kepada kawankawannya.
“Bagaimana kau bisa
memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah
orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang selalu
berkata bohong?” tanya salah seorang dari mereka.
“Karena orang yang
kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri,” kata Abu Nawas. Karena masih
belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan.
“Tadi aku bertanya:
Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju
hutan yang indah?”
Bila jalan yang benar
itu sebelah kanan dan bila orang itu kebetulan yang selalu berkata benar maka
ia akan menjawab: Jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara Kembarnya akan
mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berbohong. Bila
orang itu kebetulan yang selalu berkata bohong, maka ia akan menjawab: jalan
sebelah kiri, karena Ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah
kanan sebab saudara kembarnya selalu berkata benar.
Sumber : http://www.loper-koran.com/2013/02/cerita-humor-islami-lucu-banget-seorang-pencuri-dan-tukang-bohong.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^