Salah satu murid kesayangan Mbah Soleh Darat adalah RA.
Kartini. Ada kisah menarik mengapa RA. Kartini bisa menjadi murid beliau.
Diceritakan bahwa suatu ketika RA. Kartini pernah mengalami kejadian tidak
menyenangkan ketika sedang mengaji ilmu agama. Guru ngajinya memarahinya karena
dia berani bertanya tentang arti sebuah ayat dalam al-Quran. Setelah itu RA.
Kartini berkunjung ke ke rumah pamannya yang merupakan seorang Bupati Demak. Di
sana ia menyempatkan diri mengikuti pengajiannya Mbah Sholeh darat. Kebetulan
pada saat itu Mbah Sholeh sedang membahas tafsir surah al-Fatihah. RA. Kartini
pun amat tertarik dan senang dengan penjelasan dan penjabaran Mbah Sholeh.
Setelah akrab dengan beliau, RA. Kartini kemudian meminta agar beliau
menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Jawa agar mudah dipahami. Menurut RA.
Kartini, percuma saja membaca al-Quran apabila tidak tahu artinya. Akhirnya,
Mbah Sholeh pun menerjemahlan al-Quran ke dalam bahasa Jawa. Kitab terjemahan
itu kemudian diberi nama Kitab Faid ar-Rahman. Mengingat waktu itu penjajah
Belanda melarang orang menerjemahkan al-Quran, maka kemudian mbah Sholeh dalam
menerjemahkannya menggunakan huruf arab pegon sehingga penjajah tidak ada yang
mencurigainya. Dan perlu diketahui pula bahwasanya kitab Faid ar-Rahman ini
merupakan kitab tafsir dan terjemahan pertama di Unswantara dengan menggunakan
bahasa Jawa dengan aksara Arab Pegon. Kitab Faid ar-Rahman ini kemudian
dihadiahkan kepada R.A. kartini ketika beliau menikah dengan Raden Mas
Joyodiningrat, seorang bupati Rembang, Jawa Tengah.
Raden Ajeng
Kartini sangat menyukai hadiah Mbah Sholeh darat tersebut, sampai beliau
berkata, "selama ini surah al-Fatihah gelap bagi saja. Saya tak
mengerti sedikitpun maknanya. tetapi sejak hari ini ia menjadi terang benderang
sampai kepada makna tersiratnya, sebab romo kyai telah menerangkannya dalam
bahasa jawa yang saya pahami."
Dari kitab
Faid ar-Rahman ini RA. Kartini sempat membaca sebuah ayat yang di kemudian hari
menjadi inspirasi untuk kata mutiaranya, "Habis Gelap terbitlah
Terang". ayat yang dimaksud adalah Q.S. Al-Baqarah ayat 257. Dalam banyak
suratnya kepada Abendanon, RA. Kartini banyak mengulang kata "dari gelap
menuju cahaya" yang dalam bahasa belanda tertulis "Door Duisternis
Toot Licht". Oleh Armin Pane, ungkapan ini diterjemahkan menjadi
"Habis Gelap terbitlah Terang", yang menjadi judul buku kumpulan
surat-menyuratnya. Adapun kitab Faid ad-Rahman itu sendiri tidak ditulis oleh
Mbah Sholeh sampai selesai 30 juz, sebab sebelum sempat menyelesaikannya beliau
sudah dipanggi oleh Allah Yang Maha Kuasa.
Dikutip dari: Majelis Walisongo (Biografi Mbah Sholeh, Semarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hargai tulisan ini dengan meninggalkan jejak... ^_^